Breaking News
Loading...

Mewaspadai munculnya gempa kategori “megathrust” yang mengancam Padang.

11:11 AM
Sekitar selang 2 (dua) minggu saja dari wanti-wanti Tim 9 kemungkinan ancaman bencana qempa bumi berkategori “megathrust” yang berpotensi mengahantam kawasan Padang, Mentawai, dan pesisir Sumatera Barat hari Minggu tgl 24 Okt kemarin dari lokasi yang cukup berdekatan yakni lepas pantai arah Barat propinsi Sumatera Utara dan Aceh terekam terjadinya gempa berskala 5,0 SR dari kedalaman 29 km. Kalangan ahli gempa dan tsunami tanah air yang terhimpun dalam Tim 9 pada kunjungan bersama Staf Khusus Kepresidenan RI di Padang tgl 10 Oktober yl dalam paparan kajian simulasi ancaman gempa di atas mengungkapakan besaran skala qempa yang dapat terjadi dan berpusat di kawasan seputar wilayah pulau Siberut dan Mentawai sebesar hingga 8,9 SR. Gempa berskala sebesar ini disebutkan Ahli Kegempaan LIPI Dr. Danny Hilman Natawidjaja tergolong kategori “megathrust” dengan daya kerusakkan bencana yang amat dahsyat dan dalam prakiraannya kemungkinan terjadi memang sudah diambang pintu.
Gempa dahsyat ini akan berlanjut gelombang tsunami dalam jangka waktu -/+ 2,5 jam menghampiri pesisir Padang dengan ketinggian gelombang hingga setinggi 6 meter yang bakal menyapu sejauh hingga 2 kilometer memasuki wilayah kota Padang yang berpenduduk sejumlah -/+ 1 juta jiwa dan berpotensi merenggut korban hingga sebanyak 150.000 orang.
Dan dengan sekilas saja menyimak paparan data di atas mau tidak mau setiap orang Indonesia langsung teringat akan kejadian mega bencana tsunami Aceh yang terjadi tgl 26 Desember 2004 yang silam; yang berawal dari gempa bumi dahsyat berskala 9,1 SR diikuti gelombang tusnami yang melanda kawasan pantai di NAD Nangroe Aceh Darussalam dan mengakibatkan korban hingga 300.000 jiwa lebih yang terenggut maut.

Apabila khalayak berkesempatan untuk dapat cukup mengingat-ingat kembali bencana gempa yang melanda Padang nyaris persis sekitar setahun berselang (30 Sep 2009), maka seluruh warga masyarakat di tanah air merasakan duka atas cukup tingginya jatuhnya korban jiwa (1.000 orang lebih) akibat gempa berskala 7,6 SR yang berpusat di tepian pantai Sumatera namun tidak menimbulkan bencana tsunami. Kajian sejumlah ahli dibalik kejadian gempa tersebut menyebutkan bahwa gempa yang menghantam kota Padang tersebut berasal bukan dari lokasi pusat gempa di wilayah pulau Siberut dan Mentawai hingga merupakan gempa yang berlainan dari ancaman gempa berskala “megathrust” yang wajib diwaspadai dan diantisipasi kemunculannya !
Apabila mengingat pasca kejadian mega bencana tsunami Aceh 2004 sebenarnya sejumlah ilmuwan ahli gempa Internasional pun sempat membeberkan sejumlah prognosis gempa berskala besar yang berpotensi terjadi di garis patahan tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang berderetan sejajar di lepas garis pantai daratan pulau Sumatera yang antara lain meliputi wilayah kawasan pulau Siberut dan Mentawai menerus ke arah Barat Laut melalui kawasan lepas pantai Aceh, hingga ke kepulauan Andaman di Samudera Hindia. Adanya keseimbangan gaya akibat perlepasan energi antara tumbukan kedua lempeng tektonik dan data sejarah kegempaan khususnya yang berpusat di Siberut dan Mentawai mengindikasikan potensi bakal munculnya gempa dahsyat akibat energi yang tersimpan dan belum terlepas hingga saat ini. Gempa dahsyat berskala 8.7 SR terjadi di kawasan ini pada tahun 1797.
Diimbuhi teori efek domino dan cascade atau efek berantai terjadinya gempa yang muncul beruntun demi mencapai keseimbangan energi pada patahan di lokasi terjadinya regangan stress akibat tumbukan pelat tektonik, maka kalangan para ahli berkeyakinan periode kemunculan gempa dahsyat dipandang tengah mulai memasuki masa kritis untuk muncul terjadi kembali.

Salah satu prognosis ilmiah pernah dipaparkan ilmuwan Prof. John Mc Closkey, dari insitusi The Environmental Sciences Research - Universitas Ulster, Irlandia Utara yang dengan cukup tepat memprakirakan kejadian gempa berskala 8,5 SR yang melanda Mentawai Maret 2005, yang diperingatkannya bakal terjadi diantaranya berhubung semacam efek-domino diatas sebagai dampak lanjutan gempa berikut bencana tsunami Aceh sekitar setahun sebelumnya.
Sementara ilmuwan AS asal California Institute of Technology (Caltech) Dr. Kerry Sieh yang sebelumnya telah selama hampir 20 tahun melaksanakan penelitian intens kegempaan di kawasan Mentawai bersama dengan ilmuwan LIPI Dr. Danny Hilman sampai pada prakiraan betapa gempa dahsyat yang bakal melanda Padang walau waktu kejadiannya mustahil untuk dinyatakan dengan rinci dan tepat kapan waktunya, namun diyakininya bakal terjadi dalam lingkup hitungan generasi yang hidup pada masa kini yakni dalam kisaran waktu -/+ 30 tahun sekarang; atau diurai dalam penjelasannya ; “...kemungkinan terjadi kalau tidak Anda sendiri yang mengalaminya, atau pun kalau tidak demikian maka apabila Anda adalah seorang ayah yang memiliki seorang anak maka kejadiannya bakal dialami dalam kehidupan anak Anda” !

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer